Tantangan Psikolog Forensik di Indonesia
Indonesia saat ini sedang hangat dengan berita-berita kriminal,
salah satunya kasus
sianida Jessica Kumala Wongso dan
Wayan Mirna Salihin. Masyarakat
awam tidak banyak yang tahu bahwa dibalik serangkaian penyelidikan yang
dilakukan kepolisian, terdapat peran seorang psikolog forensik. Ketika banyak
tuduhan yang memperkuat status Jessica sebagai tersangka, psikolog forensik
Reza Indragiri Amriel meyakini bahwa Jessica bukanlah tersangka melainkan
korban dari kasus ini. Pernyataan Reza tidak sepenuhnya disetujui oleh banyak
pihak dan hal ini sudah lazim terjadi pada banyak kasus.
Dari contoh kasus di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi forensik
adalah semua bentuk layanan psikologi yang dilakukan dalam ranah hukum. Seorang
psikolog forensik melakukan pengembangan pengetahuan soal isu hukum dan
melakukan riset terkait kasus hukum yang tengah terjadi. Individu yang
berkecimpung dalam psikologi forensik dibedakan menjadi ilmuwan psikologi
forensik dan praktisi psikologi forensik. Ilmuwan psikologi forensik melakukan
kajian atau penelitian yang
terkait dengan aspek-aspek perilaku manusia dalam proses hukum. Sedangkan praktisi memberikan bantuan
profesional dalam proses hukum.
Dapat kita ketahui bahwa masuk ke dalam lingkaran
psikologi forensik tidak mudah karena
banyaknya tantangan yang
harus dihadapi dan dilewati. Tantangan
terbesar seorang psikolog forensik di Indonesia adalah menyesuaikan antara
pemahaman soal hukum yang bersifat advokatif dan ilmu psikologi manusia yang
bersifat objektif.
Seorang psikolog forensik dituntut untuk bersikap adil kepada kebenaran publik
dan bersikap objektif pada tersangka. Dalam ranah ini, seorang praktisi
psikologi forensik tidak hanya menjadi saksi ahli dalam persidangan melainkan
harus memberikan asesmen dan rehabilitas bagi pelaku agar menyesali
perbuatannya dan mengambil keputusan
untuk tidak mengulanginya lagi. Mendamaikan dua kajian besar seperti ilmu hukum dan ilmu psikologi akan dua kali
lipat menguras tenaga dan
waktu seorang psikolog forensik.
Tantangan berikutnya adalah seorang
psikolog forensik harus mampu dengan cermat membaca situasi, perilaku manusia
yang terkait, dan menentukan langkah penanggulangan atas masalah yang tengah
terjadi. Ketika sebuah pernyataan
atau kesimpulan disampaikan ke hadapan publik, maka akan membentuk persepsi
masyarakat atas kasus yang ada. Di samping itu, kecermatan psikolog dalam
membaca keadaan emosional pelaku menjadi tantangan tersendiri karena catatan
psikolog akan menjadi petunjuk berikutnya bagi polisi untuk melanjutkan
penyelidikan. Misalnya,
dalam sebuah kasus seorang pelaku ternyata memiliki kepribadian ganda. Maka, psikolog harus lebih berhati-hati dan
cerdas untuk menemukan cara membendung kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi.
Tidak mudah menjadi seorang psikolog
forensik di Indonesia. Namun, tidak mustahil untuk kita berperan aktif di dalam
bidang forensik. Semuanya tergantung dari berapa besar usaha kita untuk menguasai
apa yang menjadi tanggung jawab kita dan bersikap disiplin dalam
menjalankannya. Tantangan dapat menjadi
batu loncatan bagi psikolog forensik di Indonesia untuk memperkenalkan pentingnya peran psikologi forensik dalam membedah
kasus kriminalitas di Indonesia.
Penulis : Odellia Angeline Jofan Wijaya
Editor : Stevanie Laurens
Sumber:
Retaduari, E. A. 2016. Pakar Psikologi Forensik ini Yakin Jessica Bukan
Pembunuh Mirna. Retrieved from http://news.detik.com/berita/3131104/pakar-psikologi-forensik-ini-yakin-jessica-bukan-pembunuh-mirna
Komentar
Posting Komentar